butuh sebuah sober yang se-sober-sober-nya (meski saya tahu sih ini bukan bahasa indonesia yang baik dengan huruf yang tabrak semua huruf kecil. yaaaa bagoos! semoga Ibu tidak baca karena eyd amburadul ke mana-mana. amin.) kembali lagi, saya butuh sober yang absolut dan tidak setengah-setengah. maka saya minum teh hijau. tidak kopi untuk saat ini, karena kopi bisa membuat saya ngantuk dan nyaman.
lalu saya jadi penasaran, sebenarnya kita bisa mencelupkan kantong teh untuk berapa kali seduh ya? dua kali? tiga kali? atau sampai air seduhannya berubah putih? akhirnya saya memutuskan untuk melakukannya tiga kali seduh. karena Tuhan Yesus bangkit di hari ketiga. hahaha gak lucu ya? sudahlah banyak hal yang tidak kita mengerti dan tahu jawabannya kan?
di suatu hari yang biasa, teman dekat saya bertanya: apa kabarmu hari ini? dan saya menjawab seharusnya seperti orang normal biasanya saya baik. lalu dia bertanya: apakah ada yang menarik dan membuatmu excited? yang saya jawab dengan: biasa-biasa aja sih. dan lalu dijawab teman saya bertanya lagi : tapi kadang lu suka berasa, ini gue idup sampai kapan yaa? begini-begini aja terus nih. dan pastinya saya jawab: iya sih cuy bener biasa-biasa aja.
mungkin semua orang berasa hidupnya biasa-biasa aja gak sih? bahkan vlogger terkenal pasti ada aja pasti bilang gini: duh, gue bingung mau nge-vlog apa secara idup gue ya gini-gini aja. padahal mungkin kita menyangka hidup sang vlogger itu gak gini-gini aja. tapi dia put effort lebih untuk membuat hidupnya nampak asyik di kamera. bisa jadi. atau saya cuman sotoy haha.
pernah suatu kali saya baca kalau ada orang bunuh diri karena hidupnya lempeng lurus-lurus aja,biasa-biasa aja. ternyata mundane activity bisa bikin orang stress juga. terus saya jadi membayangkan jikalau seandainya punya cucu nanti cerita-cerita saya juga akan klise-klise. lalu saya bayangkan saya akan menjelaskan sesuatu yang klise dengan cara yang menarik, ya semacam meromantiskan yang klise-klise itu. gila musti latihan dari sekarang ya. ih tapi setelah saya pikir-pikir kenapa saya malah mempersiapkan cerita hidup yang lempeng-lempeng aja yaa. dan tiba-tiba saya mau mengubah life story saya jadi: perempuan yang sedemikian nekatnya dan kabur ke negeri orang.
saya jadi ingat sebuah summed up dari Heraclitus yang berkata ever-newer waters flow on those who step into the same rivers. semua berubah dan tidak ada yang bisa menjejakkan kaki di tempat yang persis sama. dengan intinya bahwa perubahan tidak bisa dielakkan dan kita terpaksa berubah untuk kelangsungan hidup. demi tidak menjadi punah seperti dinosaurus. eh tapi dinosaurus itu dipaksa punah dengan perubahan keadaan ataukah sebenarnya dia sudah berevolusi ya? hingga akhirnya berubah bentuk saja namun sebenarnya mereka beradaptasi dengan keadaan saat itu. nah kurang baca ini saya di bagian ini. lalu apabila penyakit males saya kumat maka saya akan menjawab semua pertanyaan mengapa di otak saya dengan jawaban: karena Tuhan tidak berkehendak. beres sudah.
karena hari-hari inilah saya sedemikian randomnya dan mencari apakah benar einstein yang genius itu hanya menggunakan 10% dari otaknya? padahal einstein sudah mampu jadi kiblat ilmu pengetahuan dan mengubah tatanan ilmu. lha bagaimana saya yang begitu-begitu saja dan hanya latah mengikuti sistem? prihatin kayaknya einstein pada saya. atau jangan-jangan sebenarnya ya otak kita cuman segitu-gitunya aja.
No comments:
Post a Comment