Ini saya saja yang terlalu perasa atau memang ini adalah perasaan yang harus dirasa-rasa? Semakin saya bergelut mesra dengan skripsi saya, saya makin merasa bahwa masalah perempuan itu pelik dan jelimet. Sudah diputar-putar dan dikaji ulang, lalu hasilnya? RUMIT. Mungkin benar kata seseorang bahwa pikiran dan hati perempuan itu hanya Tuhan yang tahu.
Di skripsi saya ini, saya menulis tentang dampak media terutama televisi pada remaja perempuan Indonesia . Saya baru sadar kalau sebenarnya perspektif perempuan pada program televisi di Indonesia itu minim sekali. Televisi itu adalah media yang paling dekat di hidup kita, siapa sih yang tidak mempunyai televisi di rumah? Pasti hampir semua orang mempunyai paling tidak satu televisi di rumahnya. Jadi sudah seharusnya dong kalau program televisi itu lebih memperhatikan isi dari programnya dan tidak semata-mata hanya menayangkan acara musik-musik disertai audience yang diharapkan untuk berpartisipasi menari 'kucek-kucek-jemur-jemur'?
Televisi kini tidak menampilkan apa yang remaja perempuan butuhkan namun hanya kebutuhan kapitalis yang mengeruk keuntungan dari prodak-prodaknya. Mencuci otak remaja putri agar terobsesi oleh gaya hidup tertentu atau pada pencitraan yang diciptakan oleh iklan: kurus, berambut lurus, berkulit putih, tanpa bulu, harum, dst. Padahal televisi adalah sarana yang mudah untuk mengedukasi masyarakat. Televisi seharusnya memberikan pendidikan lewat program-programnya untuk semakin mengenal tubuhnya, alat reproduksinya, seks dan mengenal hak-haknya.
Cantik menurut siapa?
Semalam saya berolahraga di tempat fitness universitas saya. Sambil saya berlari di treadmil, saya berkaca di kaca super jumbo di depan saya. Saya melihat bayangan saya di cermin dan mulai mengoreksi ini itu dari badan saya. Saya mulai mengkritiki badan saya tanpa memberikan kesempatan diri saya untuk membela diri. Saya kurang tinggi, rambut saya frizzy padahal saya maunya lurus jatuh, saya kurang kurus, lengan saya besar, pantat dan pinggul yang besar, saya tidak puas dengan ukuran payudara saya, saya jerawatan, saya tidak seksi, saya jelek, dan seterusnya, dan sebagainya, dan lain-lain, terus, terus, terus dan terus. Saya berlari sampai terengah-engah dengan energi negatif yang berloncatan.
Apakah benar peryataan bahwa perempuan yang cantik dan seksi itu apabila memiliki tubuh yang bagus? Apakah hanya dengan paras cantik, kulit yang putih dan mulus, rambut panjang dan lurus, kaki jenjang dan tinggi, payudara bulat padat berisi dan bokong ala Beyonce sudah pasti dikatakan cantik?
Merupakan tantangan untuk kita dan saya untuk tetap bisa nyaman di tubuh kita sendiri. Apakah kita sudah termakan dengan 'cantik' yang dicitrakan dan dinyatakan di televisi? Apakah itu menjadi sebuah tolak ukur kita untuk seperti yang ada di televisi? Sampai akhirnya hampir sebagian besar perempuan pasti pernah menjalankan program diet menguruskan badan. Bahkan anak perempuan berumur lima tahun pun sudah tahu apa itu konsep diet.
Di tengah nafas yang terengah-engah saya jadi mengingat seorang teman kuliah di sini. Namanya Carol. Saya mengenal dia karena kami sama-sama ambil jurusan yang sama, bahasa Jerman namun kami beda kelas. Saya kenal dia di asrama karena roommate dia orang Indonesia juga. Dia lucu, polos, baik, tomboy, saya suka ngobrol ini itu dan dia gemar sekali memperbaiki nada bahasa mandarin saya yang kacau balau. Kini dia postpone kuliah karena dia tidak kuat untuk kuliah dan aktivitas berat lainnya, karena terlalu kurus. Ternyata dia terkena anorexia karena merasa tidak ideal dan diejek teman. Saat liburan summer kenaikan tahun ke 3 lalu, dia sukses besar menurunkan berat badannya sampai 25 kilo dan tidak tanggung-tanggung semua lemak di tubuhnya sirna tak bersisa. Kulit pucat kekuningan, rambut tipis, mata cekung, baju kelonggaran dan pencernaan yang tidak sanggup mencerna makanan.
Saya sedih karena kehilangan teman di tengah perjalanan di mana ini adalah tahun terakhir saya. Saya sedih karena saya tidak bisa berbuat apa-apa dan semua sudah terlambat untuk mencegah dia diet jor-joran dan tidak ada kesempatan berkata padanya: kamu cantik dan special!
Jadi, cantik menurut siapakah yang harus kita anut? Apakah arti cantik itu sendiri? Haruskah cantik itu menurut sudut pandang televisi yang tidak berprespektif perempuan? Ataukah ukuran perempuan cantik hanya bisa dinilai dari sudut pandang pria? Bingung? Sama.
Sudah seharusnya kita, perempuan sebagai konsumen terbesar dari televisi menjadi lebih bijakasana dan dewasa dalam menyikapi fenomena yang tidak bisa dihindari ini. Gadis remaja tumbuh dengan apa yang dipelajarinya, apa yang dilihat dan itu menjadi konsep dalam otaknya. Dibutuhkan orang-orang terdekat untuk bisa membina dan menjelaskan bahwa cantik itu universal dan tidak semata-mata harus putih, kurus, dan berambut panjang. Menjadi perempuan merdeka yang merasa cantik dan layak tanpa harus ada penilaian timpang dari televisi atau pria.
Cermin... cermin... di dinding
Masih ingat dengan cerita putri salju yang mempunyai ibu tiri jahat yang terobsesi menjadi yang tercantik di kerajaannya? Pasti masih ingat! Setelah saya pikir-pikir cerita tersebut ada relevansinya dengan kehidupan perempuan sekarang. Ketika seorang perempuan melihat cermin, apakah kamu tidak ingin tahu apa yang dia lihat di cermin tersebut? Apakah dia melihat sosok yang dia inginkan atau dia sedang sibuk mengkritiki tubuhnya? Atau dia sedang sibuk bertanya pada si cermin: Apakah saya cantik?
Kembali lagi dengan saya yang basah bersimbah keringat dengan muka kucel dan rambut awut-awutan bak singa masai. Lalu terdengarlah lagu Phill Collins berjudul True Colors dari mp4 saya yang saya pasang random. Lyric nya yang 'nendang' sebagai berikut:
You with the sad eyes
don't be discouraged
oh I realize
it's hard to take courage
in a world full of people
you can lose sight of it all
and the darkness inside you
can make you fell so small
But I see your true colors
shining through
I see your true colors
and that's why I love you
so don't be afraid to let them show
your true colors
true colors are beautiful
like a rainbow
Show me a smile then
don't be unhappy, can't remember
when I last saw you laughing
if this world makes you crazy
and you've taken all you can bear
you call me up
because you know I'll be there
***
Lalu saya melihat diri saya sendiri di cermin dan tersenyum.