18.8.19

Vegetarian: Cerita tentang Perempuan





Kucing peliharaan tetangga gemar sekali nongkrong santai di balkon rumahku sambil sedikit-sedikit mengantuk. Padahal sudah aku usir berkali-kali karena khawatir dia keasyikan dan tidak mau pulang lagi. Namun, dia tetap asyik tiduran di balkon rumahku dan menemaniku membaca. Kemarin aku memutuskan untuk membaca Vegetarian (2007) karangan Han Kang. Aku sudah mendengar bahwa buku ini buku yang alurnya gelap dan mencekam. Buku ini sudah dibicarakan sedari lama, namun sepertinya memang kegemaranku aalah membaca buku yang sudah lewat-lewat, mengingat menurutku buku itu lekang waktu dan bisa dinikmati kapan saja. Tidak ada waktu yang terlambat untuk membaca sebuah buku menurutku. Semua buku akan menemukanmu tepat pada saatnya. Jadi, tenang dan bacalah sesuai keinginanmu. 

Memutuskan untuk membaca Vegetarian karena secara tidak sengaja buku ini tertimbun di rak buku dan terjatuh karena rak bukuku sudah kepenuhan. Aku membaca versi terjemahan bahasa Indonesia karena versi bahasa Inggrisnya habis terjual. Aku sebenarnya selalu menolak untuk membaca buku terjemahan asing, tapi ternyata untuk buku ini terjemahan dan pemilihan katanya pas. Namun, ada sih satu hal yang membuatku penasaran dari terjemahan bahasa Indonesia buku ini. Mengapa dia memilih kata "wanita" daripada "perempuan"? 

Hal yang menarik dari Han Kang adalah dia memiliki gaya bahasa yang unik karena menggambarkan suatu kejadian dengan intens tapi 'dingin'. Kekuatan penulisannya terdapat pada kekuatan karakter utamanya yang digambarkan dengan jarak dengan misterius. Seolah karakter lainnya ada dalam cerita untuk mempertanyakan karakter utama, mengumbar rasa penasaran mereka, menceritakan tragedi dengan reaksi hiperbola, dan ikut menekan-nekan perasaan pembaca. Di pembukaan bab pertamanya, Han Kang menyuguhkan cerita dari sudut pandang suami Young Jae, yang sempat membuatku senyum sendiri karena ia menggambarkan betapa pasif dan submisifnya Young Jae.

Aku menikahi dia karena dia tampak tidak memiliki pesona ataupun kekurangan khusus. Aku merasa nyaman dengan sifatnya yang biasa-biasa saja, yang tanpa daya pukau atau kesengsaraan. Aku tidak perlu sok hebat untuk mendapatkan hatinya, tidak perlu tergesa-gesa karena takut terlambat saat ada janji dengan dia, serta tak punya alasan untuk merasa percaya diri kerika membandingkan diri dengan laki-laki di majalah mode. (hal.5-6).
Pada tulisan awal ini kurasa aku langsung AHA! Penggambaran peranan perempuan yang biasa-biasa saja agar membuat nyaman dengan pemenuhan peranan istri dari memasak, membereskan rumah, yang tidak menuntut, pendiam, dan pasif digambarkan sebagai peranan perempuan yang dinormalkan. Kemudian cerita pun mengalir dengan keputuasan Young Jae yang suatu hari bermimpi dan memutuskan untuk tidak makan daging dan menolak untuk memasak daging. Sampai akhirnya saat suaminya mengajak makan bersama dengan atasan dan teman-teman kantornya Young Jae pun menolak untuk memakan daging. 

Aku memang tidak terlalu paham dengan kebudayaan, makan, dan kebiasaan normatif orang Korea, namun sepertinya tokoh Young Jae ini sudah melampaui norma masyarakat Korea terutama untuk perempuan. Digambarkan bahwa keluarga, teman-teman, suaminya tidak bisa menerima dan memaksanya untuk makan daging karena daging di Korea merupakan hidangan utama yang hampir selalu ada di makanan mereka. Sehingga ketika daging hilang dalam makanan artinya makanan pun tidak berasa dan menurunkan nafsu makan. Dan seperti yang kita tahu tentu kebahagiaan dan kemakmuran seseorang dimulai dari perutnya, sehingga peran istri untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan keluarga dianggap 'hilang'. 

Ternyata tidak hanya sampai di situ saja, susunan peran laki-laki yang kuat di masyarakat sungguh kental dalam novel ini sehingga suami Young Jae pun memutuskan menghubungi orang tua dan keluarga Young Jae dengan mengatakan bahwa Young Jae kini vegetarian dan menolak memasak. Keluarga Young Jae pun luar biasa heboh dan panik, terlebih lagi ayah Young Jae yang meminta maaf pada suaminya karena anaknya gagal menjadi istri yang baik. Dalam acara kumpul keluarga Young Jae 'disidang' dan dipaksa makan daging, kekerasan pun digunakan ayah Young Jae pada dirinya dengan menamparnya. 

Aku terkesan dengan penceritaan buku ini yang tipis-tipis menggambarkan perasaan Young Jae yang ditekan dengan pilihan hidupnya. Pilihannya yang dianggap radikal karena ingin menjadi vegetarian serta menolak mengikuti tatanan norma peranan perempuan dalam keluarga serta masyarakat Korea Selatan. Bahwa ketika perempuan memilih untuk berbeda dari sekelilingnya dianggap sebagai keanomalian yang perlu disembunyikan dan diberantas. Perempuan tidak diberikan ruang bicara dan kebebasan memilih.  Bahwa seringnya kata 'tidak' dan penolakan dari perempuan jarang didengarkan. 
Wanita itu sepertinya merasa cukup puas hanya dengan mengamati semua hal yang terjadi padanya. Tidak, mungkin saja sesuatu yang sangat tragis, hal-hal yang tidak terbayangkan oranglain, sedang terjadi di dalam dirinya. Mungkin wanita itu mengerahkan seluruh tenaga agar bisa hidup berdampingan dengan hal-hal itu. Mungkin ini yang membuatnya tidak punya sisa energi untuk merasa ingin tahu atau mengamati hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 
Yang membuat ia berpikir begitu adalah karena wanita itu terlihat seperti sedang menahan kebrutalan dan kekuatan yang tengah mengunci kebrutalan tersebut, bukan karena melihat mata yang hampa. (hal. 102-103)
Ternyata sebatas bertahan hidup juga bukanlah hidup yang sesungguhnya. Ketika hanya raga saja yang berdiam di dunia, namun gairah dari hidup itu sendiri sudah menguap tetap tidak bisa dikatakan hidup. Terlebih apabila beberapa pilihan direnggut paksa. Salah satu cara yang baik adalah menerima dan hidup berdampingan dengan hal-hal itu, kemudian mengamati diam-diam dari seberang karena tidak merasa memiliki 'kehidupan' yang dijalani oleh orang lain. 
Warna yang jumlahnya tak terhitung seperti saat ini, tentu saja sebelumnya ia juga bisa merasakan keindahan warna, tidak pernah muncul dari dirinya. Kini seakan seisi tubuhnya dipenuhi warna-warna yang kuat, seolah ia tak dapat menahan kekuatan itu lagi sampai akhirnya semua warna menyembur ke luar. Ia hadir dengan sangat intens. Perasaan baru yang sebelumnya tak pernah ia rasakan sekali pun. (hal.120)
Kakak ipar Young Jae menggambar tubuh Young Jae dan membuatnya semacam video semi porno dengan alasan seni dan profesi. Padahal ia hanya ingin memuaskan rasa penasaran, hasrat, dan keinginannya saja. Adapun unsur kekuasaan laki-laki pada perempuan tetap terjadi bahkan di saat titik terendah perempuan sekali pun. Penggunaan tubuh perempuan yang terjadi dengan dalih profesi, seni, atau kesenangan saja. Apakah urusan kepuasan dan kesenangan laki-laki juga tetap menjadi tanggung jawab perempuan? Hingga akhirnya perempuan tetap menjadi objek saja dan akhirnya mereduksi makna subjeknya?




Menurutku novel ini unik dan intens, aku menyukai bagaimana Han Kang piawai bermain gaya bahasa. Aku jadi penasaran apakah semua penulis Asia Timur ini gemar menggunakan kiasan alam dan meminjam latar masyarakat yang angkuh dan dingin? Kiasan yang digunakan Han Kang di akhir cerita yakni keinginan Young Jae untuk menjadi pohon yang kuat menancap di tanah. Keinginannya untuk menjadi kuat dan mengakar, menyatu dan menjadi pepohonan di hutan kembali ke alam semesta.  Sebuah keinginan perempuan untuk bisa diterima keasaliannya, menjadi kuat menancap, dan terhitung di kawanannya. Terkadang aku jadi berpikir di tengah cerita-cerita yang condong maskulin, apakah cerita perempuan harus radikal dan menghantui dulu untuk bisa didengarkan? Tidakkah artinya tatanan masyarakat kita berat sebelah jikalau begitu? Menurutku, Vegetarian ini adalah karya yang demikian, mencuri perhatian. Han Kang memiliki kekayaan dalam permainan kejiwaan tokohnya yang kompleks, trauma masa kecil, dan penceritaan yang dingin seperti menyentuh dinding rumah sakit. Bacalah!





No comments:

Post a Comment

new post

ganti blogspot

 YAK  pemirsah, maapin banget nihh udah ga punya blog.com karena......hhh yaudahlah kayaknya gapapa hehe. tadinya aku mau melatih pemikiran ...