Serpong, 2017
Kamu
tidak akan mengetahui apa yang ada di luar apabila tidak berani berjalan ke
luar. Apabila tidak gigih keluar dari tempat nyamanmu. Setelah sekian lama
tidak nampak dan menyembunyikan semua taring yang kamu miliki. Sayapmu tidak
kau lebarkan meski rasanya sudah bosan mendekam terlalu lama. Leher dan
pundakmu kencang berjaga-jaga dari berbagai serangan; entah kata entah
tindakan. Kau memasang kuda-kuda terlalu lama karena kau tahu seranganmu belum
cukup mengalahkan musuhmu. Amunisimu melempem terkena angin. Lalu kau menunggu
kesempatan yang datang terlalu lama.
Hingga
pertahananmu sedikit kendur, badanmu tidak lagi pejal, ototmu sedikit molor dan
semua syarafmu rehat panjang. Tidak ada keinginan untuk merenggangkan
persendian hingga yang kau rasa hanyalah rasa ngilu saat sedikit bergerak. Kau
tahu ada yang salah namun dalam setiap uraian benangnya tidak sanggup kau temui
ujungnya.
Kecintaanmu
akan suatu hal tidak lagi semesra dulu karena kau kehilangan romantisme itu
sekejap. Lalu kamu mulai mencari-cari hal lain yamg kiranya bisa menggantikan.
Kau menemukan tapi bukan potongan puzzel yang pas untukmu. Masih sering kali
salah pasang, salah sudut, tidak pas pada tempatnya. Bisa jadi kau mendapatkan
semua yang kamu inginkan pada awalnya namun ternyata bukan itu tujuanmu. Hingga
kau terus mencari ke sana ke mari. Pencariamu semu karena tujuanmu berada di
luar sana dengan ribuan kilometer jarak yang harus kau tempuh.
Kau
tidak lagi mempercayai mimpimu yang lama
dan mulai menggantikannya dengan sesuatu yang taktis, yang mudah, yang
penting survive. Lalu segala kemilau material mulai menggoda dengan berbagai
pintu kesempatan. Kau tergoda, kau ambil karena butuh. Ah, namanya juga
manusia! Mereka tidak pernah putih dan tidak juga hitam. Mereka abu-abu dan
serakah, banyak mau. Satu keinginan terpenuhi. Ternyata rasa puas tidak akan
pernah ada di kamusnya. Hingga dibuatlah sebuah pepatah menghibur: “Tidak semua
hal bisa terjadi sesuai dengan keinginan kita.” Kisah klasik, ya? Rasanya
pernah dengar. Entah di mana.
Memilih
sesuatu yang lebih taktis untuk tetap bertahan hidup, tidak salah. Semua juga
dihadapkan dengan pilihan yang sama. Pada akhirnya kita memilih hal itu cepat
atau lambat. Hingga cita-cita untuk menaklukan dunia dan membuat perubahan ini
itu semakin dikerucutkan. Bukan, bukan menjadi pesimis hanya saja menjadi lebih
realistis dengan kemampuan dan keadaan. Ada hal yang tidak lagi dikira pas
untuk bisa masuk dan diaplikasikan dalam hidup.
Ada
kalanya kadar mimpi bisa hangus menjadi abu. Ada kalanya semangat runtuh dalam
rintik hujan. Namun tetap ada satu ruang dalam hati yang tersisa. Kau bisa
menyebutnya ‘ruang angkasa’ karena dia luas. ‘Ruang angkasa’
ini mungkin terasa jauh namun tanpa kita sadari ruangan ini yang paling dekat
dengan kita, semacam storage dan melindungi seluruh dirimu. Di sana terletak ribuan harapanmu, ribuan hancur lebur yang akan
diobati, ribuan senyum yang kau simpan, ribuan wajah yang kau kenal dan kasihi,
ribuan hati yang penuh kasih dan ribuan ingatan yang akan kau bawa terus. Ruang
itu adalah milikmu sendiri, adalah suakamu sendiri. Tidak ada seseorang pun
yang bisa masuk kecuali dirimu sendiri. Ruang ini adalah tempat di mana kau
bisa menjadi diri sendiri dan menjadi waras sejenak. Setiap kita memilikinya. Tanpa kecuali.
Lalu
kau akan melakukan perjalanan menuju ruang angkasamu. Meninggalkan rasa takutmu
dan berjalan tanpa menunduk. Kau menikmati setiap arus derasmu, kau nikmati
setiap terjalnya, kau pun mulai menyapa setiap peziarah lain yang bersisian
denganmu, kau memulai perjalananmu ke ruang angkasa, kau siapkan setiap
perbekalanmu dan kotak obat, kau mulai mahir dalam mengobati luka dan setiap
rasa sakit sudah kau rasakan hingga kau kebas. Kau memilih untuk terus berjalan
dan melebarkan sayapmu.
Karena kau
tahu ke mana pun kau berlari menghindar, arus itu akan tetap membawamu kembali.
Menarik ombaknya untuk surut, lalu menghempaskan pasangnya lagi. Kau akan
terombang ambing sejenak dan melemparkan sauh kapalmu. Kau akan tertanam pada
sebuah tanah, pada sebuah negri. Kau akan bekerja, melayani dan berkarya hingga
saatnya nanti tiba dan daunmu berguguran dihembus angin.
Dan kini
kau memilih untuk tidak tidur lagi. Kau mau tetap terjaga. Berjaga-jaga sampai tiba
ke ruang angkasa.
Catatan tahun baru 2017, untuk semua cita-cita dan harapan. Selamat tahun baru!
No comments:
Post a Comment