pic: thenuliya blog |
Saya suka sekali dengan kutipan di atas, 'Tuhan tahu tapi menunggu'. Kutipan itu milik Leo Tolstoy seorang penulis besar dari Rusia. Kutipan itu rasanya selalu menyentuh hati di masa-masa yang kelabu yang tidak tahu kepastian.
Saya selalu benci apabila harus menunggu. Menunggu itu membosankan dan menyebalkan karena kita seolah diombang ambing pada sebuah keputusan yang tidak bisa kita kontrol. Kita harus sabar menunggu berharap agar pihak yang memberi keputusan bisa segera menjawab: ya atau tidak. Bukankah itu menyebalkan?
Tapi tidakkah kamu merasa kalau dalam hidup manusia kita terus-terusan menunggu? Sedari dalam perut ibu, kita harus menunggu 9 bulan untuk bisa keluar ke dunia. Perhatikan deh, dalam setiap fase hidup kita, menunggu menjadi sesuatu yang familiar, adalah sesuatu yang sebenarnya kita lakukan sehari-hari, dari mulai menunggu bis, menunggu teman sampai akhirnya menunggu untuk dipanggil lagi oleh-Nya.
Menurut saya menunggu adalah sebuah situasi sebelah pihak di mana kita berharap agar pihak lainnya segera memberi respon. Namun terkadang, pihak lain ini tidak tahu kalau dia ditunggu. Terkadang si pihak lain ini tidak sadar atau memang blegug siah yang dengan ego sok pentingnya tidak segera memberikan keputusan atau reaksi. Kenapa yah? Siapa yang tahu?
Ketika kita menunggu, belum tentu pihak tersebut benar-benar akan merespon sesuai dengan apa yang kita harapkan, bisa saja dia sebenarnya menolak atau lupa. Lalu kita yang menunggu? Akan terus menunggu tanpa tahu jawaban. Menurut kalian ketika kita menunggu haruskah kita mengetahui kepastian apakah pihak lain yang kita tunggu ini sebenarnya akan memberi reaksi atau menjawab semua penungguan kita? Sepertinya kecil sekali kemungkinannya akan adanya kepastian itu. Maka itu terkadang saat menunggu kita membuat deadline sendiri, sampai tenggang waktu kapankah kita bersedia menunggu.
Menunggu itu adalah sebuah proses akhir, ketika segalanya sudah kita kerahkan sudah kita usahakan semaksimal mungkin. Menunggu itu menanti akan sesuatu yang diharapkan agar bisa terwujud. Bisa saja kita menunggu hanya 1 jam atau bahkan bisa sampai bertahun-tahun.
Sebenarnya apa yang membuat seseorang betah menunggu? Yak. Itu adalah harapan. Ketika harapan itu ada, ada suatu dorongan energi dari hati kita untuk mencoba, meski harapan itu hanya 1% jumlahnya namun ketika harapan itu ada, seolah kinerja untuk mewujudkannya pasti akan berlipat-lipat jumlahnya.
Ada kalanya ketika menunggu kita malah menemukan hal lain yang lebih baik dari yang kita tunggu. Bahwa menunggu adalah proses pemurnian kita untuk melihat ulang lagi dan memeriksa keseluruhannya. Proses menunggu ini terkadang malah sebuah pembelajaran untuk lebih mengenal diri dan melihat situasi lebih dalam lagi, lebih dekat lagi, bukan hanya permukaan dan ecek-ecek saja.
Ketika kita menunggu yakinlah bahwa ada sesuatu yang sifatnya besar akan datang, yang pasti kita sedang disiapkan untuk momen tersebut. Bahwa dalam hidup manusia itu harus sabar dan nrimo kalau kita ini bukan siapa-siapa yang bisa mengatur segalanya. Bahwa semata-mata ada Yang Lebih Besar dari kita yang juga menunggu momen yang pas karena segala sesuatu ada masanya.
***
Rancangan-Ku adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yer 29:11)
No comments:
Post a Comment