Seorang teman menulis di twitter: " Suatu hari nanti aku pasti akan menjadi seperti si X (temannya juga) dengan berbagai achievements yang dia gapai!" Aku yang sedang asik leha-leha di kursiku sampai terjungkal cekikian sendiri di kursi, untungnya aku bisa duduk kembali . Aku mengerti sekali kegalauan dan ambisinya. Namun jauh sekali di hatiku berkata, kenapa juga kali musti menyamakan diri dengan orang lain untuk menjamin kesuksesan masa depan? Jenis kulit aja beda-beda, ada yang mulus, ada yang bopeng-bopeng, ada yang jerawatan, bagaimana dengan nasib?
Memang susah jadi diri sendiri
Dunia ini terlalu kejam untuk kita berdiri tegak jadi diri sendiri. Untuk kita jadi apa yang adalah pribadi kita. Sepertinya lingkungan sekitar kita terlalu banyak berharap ini itu pada kita, berharap agar kadar sukses kita seperti cara padang mereka. Berharap agar penampilan kita bisa sekece yang mereka lihat di media, padahal mereka juga kena photoshop sono sini.
Lingkungan kita tidak mau menerima diri kita apa adanya karena mereka juga diperlakukan hal yang sama seperti itu. Jadi bisa kita lihat dong betapa susahnya seorang pribadi untuk jadi dirinya sendiri seutuhnya. Memang terkadang kita harus menulikan telinga kita, pura-pura budeg.
Memang seberapa jeleknya kita untuk bisa menjadi diri sendiri? Apakah se-out of date itu yah untuk jadi diri sendiri, dengan gaya, mode, pemikiran sendiri? Kenapa juga sih harus malu untuk menunjukan jati diri kita yang sejati. Apakah kita tidak capek untuk berpura-pura menjadi diri orang lain? Kenapa sih kita musti ikut pemikiran orang lain dan menjadi ideal untuk orang lain? Kenapa kita tidak bisa dengan bangganya mempersembahkan apa yang kita punya, apa yang Tuhan kasih tanpa mesti rubah sana sini?
Pentingkah jadi kondang?
Ya...ya aku juga tahu kalo yang satu ini pasti banyak yang mau. Ya nggak, ya nggak? Manjadi seseorang yang dikenal atau pribadi kondang, yang terkenal di kanan kiri, punya teman segudang, punya teman facebook ratusan atau ribuan, yang tersohor akan keahlian atau kemampuannya, yang status facebooknya dilike ratusan ribu orang (lebay haha) atau mungkin yang mendapatkan penghargaan ini itu. Siapa yang tidak ingin, coba? Pasti ada deh orang diluar sana atau mungkin kamu sendiri yang sedang membaca tulisanku ingin atau sudah seperti itu. Hey, tidak usah tersindir lagi, tidak dosa kok dan tidak salah juga :) Itu adalah sebuah achievement hebat, yang terkadang memang harus kita dapatkan sebagai sebuah penghargaan untuk diri kita sendiri dan merasakan bahwa hidup ini benar-benar hidup. Seperti yang kubaca di majalah-majalah kalau ambisi dan rasa percaya diri itu suatu sex appeal, sesuatu yang seksi. Misalnya kita melihat orang yang benar-benar punya passion untuk suatu hal pasti kita akan melihat energi positif dari diri dia dan matanya pasti berkilat-kilat penuh semangat. Ketika ambisi dan passion itu berasal dari diri sendiri tanpa ada embel apa-apa itu yang jadi murni dan sejati.
Lain halnya kalau ingin jadi kondang dan dia berusaha untuk menjadi orang lain agar orang lain 'suka' dan merasa dia asik. Nah.. Ini dia masalahnya! Kita menukar diri kita sendiri untuk menjadi seseorang yang bukan kita. Sekarang pertanyaan besarnya adalah mau sampai kapan kita mengikuti orang lain terus dan berusaha untuk bisa sama menjadi mereka-mereka yang kondang? Buat apa, mamen? 'Ah, elu Met pasti iri kan sama mereka yang kegiatannya bejibun sono-sini, kenal sana-sini, penghargaan sana-sini?' celetuk seorang teman baik. Mendengarnya kupingku gatel banget kayak dikilik-kilik. Ya mungkin saja ada sebagian dari hatiku yang iri dengan orang-orang kondang tersebut dan ingin menjadi seperti mereka. Namun untuk menukar jati diri saya dan berubah jadi sama 'plek' seperti mereka? Doh!
Di dunia yang lebih mengutamakan dan menghargai 'kegunaan', kegunaan diri kita bagi masyarakat, apakah kita dipandang lebih dibandingkan dengan orang lain, keinginan untuk berhasil dan berbuat lebih agar kita layak untuk mendapatkan pujian. Sehingga akhirnya kita lupa sebenarnya apa sih tujuan itu semua, siapakah diri kita sebenarnya dan apa sih sebenarnya rencana Tuhan atas diri kita?
Beda kulit, beda treatment
Beberapa hari lalu aku pergi ke sebuah rumah kecantikan yang cukup terkenal di BSD. Menurut ibuku rumah kecantikan ini sangat ahli dalam menangani masalah kulit. Akibat hormon masa muda yang masih bergejolak, stress mahasiswi imigran, penyakit galau anak muda Indonesia dan asupan makanan yang ngawur, ya sudah akhirnya aku jerawatan. Prihatin melihat perkembang biakan jerawatku, akhirnya ibuku pun membawaku ke rumah kecantikan yang manjur dan murah meriah.
Menurut teman ibuku yang juga menderita jerawatan di muka, menurutnya perawatan di sana ampuh, tidak ribet dan murah meriah. Alhasil jerawatnya pun hilang tak berbekas, akhirnya kami berdua memutuskan untuk ke sana. Ternyata peristiwa ini ingin mengajarkan padaku bahwa setiap orang itu beda-beda, tidak sama. Perawatanku muahaaaall harganya, udah bukan mahal lagi tapi muahaaaall dan aku harus ikut ini itu, tidak seperti teman ibuku yang cukup sekali oles, jerawat pun hilang copot semua. Pelajaran yang bisa diambil adalah: kamu dan orang lain itu beda. Syukuri itu.
Sabar
Ada baiknya kalau kita itu sabar pada diri kita sendiri. Bahwa kita punya waktunya sendiri dengan cara yang berbeda-beda. Kita tidak mungkin sama plek dengan idola-idola kita dengan orang-orang kondang yang berseliweran depan mata kita. Sabar dalam arti kita tetap mensyukuri apa yang kita punya dan miliki, mungkin orang kondang itu kenal sana-sini, penghargaan gono-gini tapi mungkin dia tidak punya bakat bermain musik misalnya.
Tidak usah minder dan malu untuk tetap berdiri tegak menjadi dirimu sendiri dan berteguh pada pemikiran kamu. Itu justru hal yang unik dan jarang di zaman kini. Ketika orang lain belum merasakan 'kehadiran' kamu, jangan berkecil hati. Seperti kata ibuku: 'Kamu belum berkibar karena benderamu sedang dijahit, direnda dan dipersiapkan.' Seperti kata orang Taiwan: 沒發現又不代表沒有, tidak menemukan bukan berarti tidak ada. Mereka mungkin belum menyadari sinar kamu, cahaya yang kamu punya.
Dari pada kita sibuk meniru ini dan itu yang ternyata mereka juga manusia biasa yang bisa saja salah, lebih baik kita mempersiapkan diri kita sendiri, dengan jalan kita, dengan talenta yang sudah ada, sesuai dengan rencanaNya.
Be yourself
'Mbak saya mau potong rambut yang model Dian Sastro ini ya, mbak.' Kataku pada mbak-mbak salon. Sejam kemudian setelah selesai diblow, dikeramas, dipotong, dll.
'Mbak kok jadinya gak mirip gini mbak?'
' Iya kan rambut situ ikal keriting gitu. Kecuali kalo situ mau direbonding kayak Sancai di F4 itu.'
'Ogah deh mbak makasih, ntar rambut saya kayak kucai lagi.'
Nah... liat kan? Kamu tidak akan bisa sama dengan orang lain mana pun, rambut boleh sama hitam tapi jenis rambut kan bermacam-macam. Sudah ditata cantik model rambut Dian Sastro, tapi tetap saja rambutku kurang 'nendang'.
andai ini facebook, klik "like" :)
ReplyDeleteah ferninda bisa aja haha :)) makasih loh.
ReplyDelete