Sudah lama juga tidak mengunjungi blog dan menulis lagi di sini. Sepertinya platform blog seolah hanya memiliki tempat yang kecil di pojokan kamar setelah banyak orang beramai-ramai bermain twitter, facebook, tumblr, Instagram dan lain-lain. Bahkan saya sendiri kini lebih banyak menghabiskan waktu melihat Instagram dan twitter daripada blog walking seperti dahulu. Saya rasa memang sudah zamannya begitu dan memang pemakaian social media sebegitu luas dan cepatnya, jadi akhirnya blog tertinggal. Tetap ada sih yang membaca, namun bisa jadi itu adalah teman dekat, keluarga atau penggemar setia blog sejak dahulu kala. Ya, zaman berubah.
Beberapa waktu kemarin saya memang sibuk dan berakhir mengeluh karena jadwal yang super padat persis seorang ibu-ibu yang punya lima anak. Tiba-tiba jadi tidak memiliki waktu untuk sekedar duduk-duduk manis dan menulis di sini. Eh, kangen juga ya. Berbicara tentang kerinduan akan hal-hal lawas lainnya, saya sedang berupaya untuk bisa kembali ke akar dan lebih memperhatikan. Mungkin saya kebiasaan sering zone out lalu menerawang jauh ke depan atau ke belakang hingga banyak hal kini yang luput perhatian dan terlewat. Lucunya lagi seperti seolah Ada yang Mengatur, saya menemukan sebuah frasa yakni holding space di blog tiny buddha. Saya sendiri cukup terpesona karena ternyata holding space pertama kali harus dipraktikan pada diri sendiri bukan orang lain. Mungkin kalau diterjemahkan bebas ngasal jadi menyadari secara utuh akan diri dan bersama tinggal di dalamnya. Menurut saya ini sulit karena terkadang untuk berada secara intim dengan diri sendiri, artinya menyediakan seluruh perhatian, kepercayaan teguh sepenuhnya dan dilakukan tanpa menghakimi diri sendiri. Dengan begitu, maka kamu akan mampu memeriksa, bertumbuh, berkembang, membuang hal-hal yang tidak perlu dan mengenal diri sendiri lebih lagi.
Sebenarnya saya sedikit terkaget-kaget dengan diri sendiri karena ternyata saya berubah. Terkadang kita bisa dengan mudah sadar sekitar kita berubah, namun saat diri sendiri berubah ternyata tidak disadari. Ya, barangkali melihat segala sesuatu terlalu dekat dengan jarak pandang sangat dekat membuat mata saya jadi juling. Lalu kemarin ini juga ada sebuh keperluan untuk mendefinisi ulang arti: cinta. Tiba-tiba saya tidak tahu apa arti mencintai dan dicintai. Tiba-tiba saya jadi memiliki pemahaman nol besar akan arti cinta itu sendiri. Hal yang membuat saya cukup bersedih adalah arti nama saya adalah ‘cinta kasih tanpa pamrih’ namun saya sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Seperti keberatan nama mungkin? Lalu sempat saya rungsing mencari distraksi dan kedamaian ke sana ke mari, berdoa, membaca, bertanya. Lalu dari semuanya kata kucinya adalah: mengalami sini kini.
Mendadak ada suatu hal yang membangunkan saya dari perasaan sedih, kecewa dan bengong-bengong bego. Minggu lalu saya sedang setengah bengong berjalan di Stasiun Manggarai. Saat sedang berjalan saya tersandung sedikit di gundukan tangga. Saya kaget dengan jantung yang berdegup kencang dua kali seperti biasanya. Mendadak stasiun terasa hidup dan ramai, lalu orang sekitar sibuk berlalu lalang, mendadak saya tidak tertarik untuk mengalihkan perhatian saya, mendadak saya tidak membutuhkan distraksi. Tiba-tiba saya hanya ingin betul-betul sadar dan tidak menolak hal-hal yang membuat sedih, kecewa dan sakit. Mendadak saya tidak perlu mengalihkan perhatian atau menjadi sembuh. Saya hanya ingin berada di sini, sekarang.