15.8.20

Paling penting

 Kemarin saat sedang berjalan-jalan sore dengan Ibu, sekilas kami berbincang-bincang kalau di masa-masa seperti ini tiba-tiba banyak hal yang perlu ditinjau ulang dari hidup kita. Semuanya harus jadi serba simpel dan esensial. Jikalau tidak perlu-perlu amat lebih baik tidak usah. Jikalau mengambil banyak waktu di luar, lebih baik tidak perlu. Kita diharapkan untuk bisa mengatur jarak dan waktu dengan seperlunya. Ternyata satu per satu berguguran juga ya, yang tidak krusial pindah kuadran, yang sifatnya tidak perlu akhirnya mengeliminasi dirinya, yang sifatnya artifisial akhirnya menampakan wujud aslinya.

Mungkin 2020 ini mengajarkan kita untuk kembali lagi pada fungsi dan esensi. Agar fokus dan tidak teralihkan. Bagi yang mau memperbaiki dari baik dari gaya hidup, cara pikir, dan belajar kemampuan baru sangat bisa dimulai dari sekarang. Dari yang hobinya serba apa-apa harus di luar, terpaksa menyamankan diri di dalam rumah. Belajar untuk bisa menahan keinginan ala-ala sweet escape. Romantisasi sweet escape sudah tidak bisa digunakan lagi, mencari kedamaian diri tidak lagi dengan berjalan ke luar, tapi di dalam diri. Mengenal diri.

Memang menyebalkan sekali tidak bisa memiliki pelampiasan ke luar. Apalagi untuk mereka yang tertutup dan tidak bisa mengkomunikasikan dengan baik suasana hatinya. Menurutku tidak apa-apa deh jadi tertutup dan tidak bisa berbagi, toh yang kelegaan bisa ditemukan di manapun. Selain harus diceritakan. Berawal dari "sadar" kenapa dan penyebab, validasi dari diri sendiri kalau: "oke, capek. oke mau minggir." Normal banget.

Mungkin kita musti biasakan: setting boundary demi kenyamanan bersama. Istirahat sejenak. Bersantai. Memahami diri sendiri. Paling penting.


10.8.20

Tune in

Susah juga ya mau berusaha tune-in di masa-masa seperti ini. Perasaan bosan tidak bisa divalidasi lagi karena pada hakikatnya kerja dan hidup sudah tidak ada batas lagi. Ternyata kalau kuperhatikan yang diperlukan hanyalah tune-in dengan diri sendiri dan fokus dengan hal-hal yang bisa dikontrol. Ternyata itu jauh lebih memudahkan daripada mengantisipasi situasi dan kejadian yang sebenarnya belum kejadian.

Ternyata tune-in tidak semata-mata mengambil jarak pada beberapa hal tapi juga mencoba untuk memilah sesuai dengan skala prioritas. Sepertinya dengan menjadikannya seperti itu membawa diri menjadi lebih terbuka dengan kejadian sehari-hari yang lebih realistis ketimbang terus menerus khawatir hari depan. Kepastiannya adalah tidak ada yang pasti. Jadi, membatasi perilaku terlalu mengawang-awang dan tendensi untuk membuat persepsi yang keliru dengan tetap ajeg pada keadaan sini kini. Ternyata tune in juga adalah bentuk percaya. Gitu sih.

new post

ganti blogspot

 YAK  pemirsah, maapin banget nihh udah ga punya blog.com karena......hhh yaudahlah kayaknya gapapa hehe. tadinya aku mau melatih pemikiran ...