Sedikit cerita aneh tentang hari ini. Begini ceritanya saat saya berangkat kantor, biasa saya suka berdoa pagi dalam hati sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Pagi ini entah mengapa saya sedang bercerita dengan Ibu saya bahwa saya sedang berdoa untuk suatu keinginan saya. Lalu kemudian Ibu saya pun sharing kalau saat dia berdoa terkadang jawaban itu ada hadir dalam hati, mungkin seperti pencerahan? Lalu entah mengapa pembicaraan kita terhenti sampai situ saja. Lalu saya berangkat ke kantor seperti biasa, di pagi yang biasa, naik bus kantor seperti biasa, duduk di kursi favorite saya yang biasa dan memandang jendela yang sama setiap harinya. Semua sama. Sampai akhirnya saya berpikir yang aneh-aneh.
Begini, saya berpikir begini kenapa ya kok Tuhan tidak memberikan kita jawaban langsung seketika sehingga kita mengerti segamblang-gamblangnya jikalau jawaban Dia "ya" dan "tidak". Mengapa harus kita yang muter-muter cari sendiri dan hanya mengandalkan kepercayaan kita sepenuhnya pada Dia. Memang Tuhan tidak tahu apa ya kalau saya itu orangnya sudah egois, oon, nyebelin, keras kepala dan susah diberi tahu. Namun tetap saja dong Tuhan tidak memberikan jawaban yang "taraaaaa!" langsung depan mata. Kalau begitu kan hidup saya pasti semakin baik dan jadi lempeng gak belok-belok. Ya gak?
Lalu memang dasar saya ini agak bandel, saya bertanya-tanya sendiri, kenapa juga Tuhan tidak menggunakan bahasa manusia langsung ke saya gitu, jadi hubungan kita tuh ada tanya jawab, jadi semua clear. Bukannya Tuhan itu Maha Segala Bisa dan Maha Esa ya? Tapi kenapa untuk memberi jawaban ke saya aja susaaaaaaaahhhh banget rasanya, kan saya jadi gelisah dan gerah sendiri. Ya itulah manusia eh salah, mungkin itulah saya, Metta yang nyebelin dan suka tanya ini itu. Heran saya juga kenapa ya Tuhan kok gak give up aja sama saya yang bebal ini. Ya itu lagi, mungkin karena Dia itu Esa maka Dia tidak akan pernah menyerah dengan saya.
Kembali lagi, sehingga sepagian ini saya bertanya-tanya mengapa kok Tuhan pelit sekali kasih saya jawaban. Lalu saya pun duduk di bus mau ke kantor sambil berpikir asyik sendiri, berpikir tentang Tuhan dan menganalisa Dia dengan otak saya yang sudah pas-pasan dan seuprit ini. Oh betul... semakin saya berpikir saya semakin pusing dengan pemikiran saya sendiri. Akhirnya saya sudahi saja dan membaca-baca renungan singkat untuk pagi itu.
Memang ya... mungkin karena Tuhan sudah gerah dengan saya yang sok tahu ini lalu serta merta renungannya judulnya begini "Apakah Dia Mendengar?" Waduh...bisik hati saya. Perasaan saya jadi agak geli-geli gimana gitu. Lalu bacaannya sungguh menohok saya sampai rasanya tembus hati saya ini. Gila...udah deh saya skakmat, habis sudah saya jadi butiran debu. Begini bunyinya:
Apabila kita berdoa, kita mungkin tidak melihat bagaimana Allah berkerja, atau kita tidak mengerti bagaimana Dia akan membawa kebaikan melalui semuanya ini. Oleh karena itu, kita harus percaya kepada-Nya. Kita mesti melepaskan hak-hak kita dan membiarkan Allah melakukan apa yang terbaik untuk kita. Kita harus menyerahkan apa yang tidak kita ketahui kepada Dia yang tahu segala sesuatu. Dia sedang mendengarkan dan menangani masalah itu menurut cara-Nya sendiri. Apabila kita berlutut untuk berdoa, Allah mendekatkan telinga-Nya untuk mendengarkan.
Astaganaga, ternyata saya deh yang rada budeg dan menutup hati untuk melihat berbagai banyak pertanda. Bahwa pertanda itu nyata ada di sekeliling kita. Saya lupa kalau sebenarnya saya ini hanya butiran debu di alas kaki-Nya. Bahwa saya ini ciptaan-Nya, mana mungkin otak saya ini bisa melampaui Pencipta sih.
Saya tahu mungkin ketika anda sekalian membaca tulisan ini pasti ada yang berfikir kalau saya ini terlalu religius dan tidak realistis. Padahal saya kan pecicilan ke sana ke mari, namun entah mengapa saya sungguh merasa doa adalah kekuatan saya untuk tetap bisa kuat dan entah mengapa saya ingin mempunyai hubungan mesra dengan Dia. Keyakinan saya kalau manusia terlalu kerdil untuk rencana-rencana-Nya yang begitu besar. Bahwa saya percaya Dia adalah Allah yang setia dan pemeliharaan-Nya selalu tetap. Dan saya merasa tenang dalam Dia.