Awal tahun yang basah oleh hujan adalah sebuah momen yang pas untuk berpikir dan merenung. Pernah dengar yang namanya kontemplasi? Kontemplasi menurut wikipedia yakni "berasal dari Bahasa Latin (contemplore) berarti merenung dan memandang. Kontemplatif merupakan cara hidup yang mengutamakan kehidupan penuh ketenangan, bermati raga, dan bertapa, sehingga dapat berdoa dan bersemadi dengan lebih mudah."
Kita memerlukan spasi dalam riuh rendah hidup kita. Untuk mundur sejenak, melihat, mengamati dari jauh. Saya akhir-akhir ini merasa kalau saya ini sedang kebas. Tidak ada rasa. Rasanya saya sudah tidak tajam lagi, sedang tumpul. Mungkin ini saatnya saya kontemplasi.
Ada suatu kehausan dalam jiwa manusia akan sesuatu. Ada suatu tempat di hati manusia yang akan selalu kosong. Manusia akan selalu merasa kekurangan, kehilangan, kosong dan tidak ada apa pun yang bisa mengisi. Ruang itu pengap dan hampa. Mungkin karena itulah manusia selalu mencari. Saya pun begitu. Pencarian itu selalu ada, rasa haus itu hingga getir. Percayalah itu tidak akan ada habisnya.
Saya masih tidak tahu sebenarnya ruang apakah itu? Itu di luar nalar saya. Namun ternyata terkadang nalar itu tidak dapat memuaskan saya. Saya sedang merenung akan arti Tuhan dalam hidup saya. Saya rasa Tuhan sangat sayang pada saya karena saya sering kumat nakalnya dan mulai bertanya ini itu. Saya tahu kalau saya mempunyai kebutuhan akan banyak jawaban tentang Dia. Apakah boleh apabila saya mencari Dia dengan jalan memutar, dengan sebuah pertanyaan. Saya tahu ada perikop "Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya." Bagaimana kalau saya ini memang pendosa yang baru bisa mengerti apabila saya mencari sendiri?
Namun di luar itu saya sungguh bersyukur mempunyai Tuhan yang sungguh setia dan saya selalu terpesona dengan karya keselamatan-Nya.
pic: Metta, Ciamis-Jawa Barat |
"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu."