|
pic: google |
Menurut kamu,
ketika kita akan pergi ke sebuah tempat lain dan meninggalkan tempat yang lama
perlukah kita mengadakan sebuah perayaan perpisahan dan ucapan selamat tinggal?
Perlukah kita menangis dan berpelukan perpisahaan seolah kita tidak akan
bertemu lagi suatu hari nanti?
Bagi saya itu
perlu. Saya adalah tipe manusia yang sangat lekat dengan sesuatu dan seseorang.
Bahwa apa yang saya punya di sekitar saya seolah adalah milik saya yang tidak
bisa saya lepaskan begitu saja tanpa adanya sebuah prosesi yang dinamakan
perpisahan.
Saya mulai
memperhatikan hati saya sendiri ketika ada tiba saatnya saya akan berpisah
dengan sesuatu. Saya selalu menjadi seseorang yang paling berat meninggalkan
sesuatu dan maju ke sebuah tahap lainnya. Padahal masa-masa itu sudah berakhir
dan memang sudah kadaluarsa sehingga harus diganti dengan sesuatu yang baru.
Saya rasa masalah saya ini adalah hati saya selalu takut dan ngeri melepaskan
segala sesuatu yang saya miliki dan apa yang sudah familiar untuk saya.
Ada seorang
teman yang mengatakan bahwa ketika tiba saatnya untuk berpisah maka dia akan
menjadi seseorang yang tidak menangis dan bersedih, justru dia merasa bersyukur
karena sudah bisa melewati momen yang special ini dan semakin tersadar bahwa
dia memiliki sesuatu yang berharga dalam hidup dia. Saya rasa prespektif dia sangat
bagus dan dia sangat optimis dalam melihat suatu keadaan. Lalu dia pun berkata
bahwa dia ada sebuah keyakinan dalam dirinya bahwa suatu hari nanti pasti akan bertemu
kembali.
Saya seharian
berpikir mungkin saya ini tipe orang yang pesimis. Bahwa saya selalu tidak bisa
melihat sebuah kesempatan yang ada di masa yang akan datang; jikalau kita akan
bertemu kembali. Bisa saja ketika kita akan bertemu kembali, saya bukanlah
seseorang yang sama dengan saya yang sekarang, bisa saja kita berubah menjadi
pribadi yang lain yang saya sendiri tidak bisa bayangkan. Lalu pasti momen itu
berbeda dan berubah. Ya kan?
Saya merasa
bahwa ketika sesuatu itu berubah, maka dia tidak akan bisa kembali seperti
semula. There's no way back. Tidak ada suatu perubahan yang akan kembali
menjadi sedia kala seperti pertama kali. Saya mempunyai sebuah pemikiran kalau
ketika masa itu berakhir maka itu akan berakhir. Titik. Hal-hal yang tertinggal
adalah kenangan dan momen-momen yang akan selalu tersimpan di labirin otak
kita. Itu yang kita punya.
Sehingga mungkin
itulah alasan mengapa setiap kali saya berada di suatu masa perpisahan, saya
akan menangis sekeras-kerasnya karena adanya rasa takut kehilangan akan apa
yang saya punya sekarang. Bahwa tetap saja perpisahaan itu penting bagi saya
dan ucapan selamat tinggal selalu merupakan momen di mana saya membawa sedikit
hati orang-orang yang saya tinggalkan untuk menjadi milik saya dan saya bawa.
Saya belajar
benar bahwa perpisahan akan selalu kita temui di setiap hidup kita. Ada yang
sifatnya sementara dan mungkin bisa bertemu kembali atau bahkan dan sifatnya
permanen, selamanya. Sehingga menurut saya tetap saja perpisahaan itu penting,
biarpun pasti sedih namun momen perpisahan secara baik-baik itu jauh lebih
membuat hati kita ayem,dan kita bisa memanfaatkan semua kesempatan waktu yang
ada untuk tetap menjaga relasi. Kita berkenalan baik-baik, perpisahan pun harus
baik-baik.
Saya akui sampai
sebesar ini I can’t find the good in goodbye. Tapi ya… itu adalah cara saya dan
prespektif saya dalam menghadapi perpisahan. Toh tiap orang berbeda-beda,
kebetulan saya ini adalah orang cengeng yang terlalu lekat dengan ini itu.
Ya…itu adalah kelemahan saya, kelekatan pada sesuatu, melihat segala sesuatu
sebagai sesuatu yang berharga hingga ada rasa saying untuk meninggalkan.
Dengan adanya
perpisahan kita jadi makin diingatkan kembali bahwa dalam hidup ini segala
sesuatu ada waktunya, ada masanya, ada limitnya, ada tenggang waktunya.
Seperti yang pernah ditulis di kitab
suci; tidak ada yang abadi di bawah langit ini, tidak ada siapa memiliki siapa
dan apa, karena kita ini hanyalah titipan.