Selamat datang liburan winter :)) Semester 5 sudah lewat dengan berbagai kesan dan pelajaran baru. Jatuh bangun sudah biasa dan tak perlu dikatakan lagi. Sudah menjadi bagian dalam hidup. Di liburan winter ini adalah waktu untuk 'memberuangkan diri sendiri' hibernasi hingga siang dan melakukan kegiatan menyenangkan yang tidak bisa dilakukan saat hari-hari produktif sekolah.
Pagi ini aku bangun siang lalu mulai melanjutkan kegiatan 'aktif' dengan laptop. Lagu untuk pagi mendung ini adalah Frank Sinatra- I've got you under my skin. Di kota tempat tinggalku di Taiwan, Kaohsiung, musim winter tidak terlalu dingin hanya sekitar 22 derajat-13 derajat itupun kalau malam. Masih bisa pakai tank top dan celana pendek dengan lutut kedinginan.
Mungkin kalian juga tahu selentingan berita pemilihan presiden di Taiwan. Jadi di Taiwan itu mengadakan pemilihan presiden setiap 4 tahun sekali. Kali ini kandidatnya adalah presiden lama, Ma Ying Jiu, (馬英九) berasal dari Partai Kuomintang atau Chinese Nasionalist Party (biru) , Tsai Ying Wen ( 蔡英文) berasal dari Democratic Progressive Party (hijau) dan terakhir adalah James Soong Chu Yu berasal dari partai biru juga. Dari ketiga kandidat ini keluarlah Ma Ying Jiu (presiden lama) dan Tsai Ying Wen yang menjadi jagoan.
Ma Ying Jiu yang berasal dari partai biru, beliau menggunakan kebijakan bersahabat 'jalinan kasih' dengan China dan menggunkan jalur rundingan untuk bidang ekonomi, perdagangan dan bisnis dengan China. Sedangkan Tsai Ying Wen, apabila beliau naik jadi presiden makan beliau adalah presiden perempuan pertama di Taiwan. Bisa dibilang beliau mempunyai pandangan yang berbeda dengan Ma Ying Jiu. Tsai Ying Wen membuka prespektif baru mengenai hubungan Taiwan dan China. Beliau melihat bahwa Taiwan harus mandiri dari berbagai segi dengan China sehingga Taiwan bisa lepas dari China dan mendapatkan kedaulatan negaranya sendiri tidak hanya menjadi parasit dari China.
Bisa dibayangkan kalau ini merupakan pemilihan presiden yang benar-benar menentukan sebuah nasib bangsa. Dilihat dar visi misi mereka saja sudah berbeda bahkan bertolak belakang. Benar-benar masa depan Taiwan dipertaruhkan dengan pemilihan presiden ini.
Rakyat jelata
Teman Taiwan saya adalah pendukung Tsai Ying Wen karena menurutnya Ma Ying Jiu terlalu memanjakan China dengan birokrasi bersahabat yang berbelit-belit dan sering kali menyudutkan Taiwan. Bahkan menurutnya Taiwan sudah bagaikan dijajah China karena begitu banyak warga China yang datang ke Taiwan untuk bekerja dan sekolah.
Dia merasa tidak puas dengan kebijakan Presiden Ma di tahun-tahun belakangan ini karena menjalin hubungan kerja sama baik ekonomi, politik dan pendidikan dengan China. Banyak sekali pelajar dari China yang datang ke Taiwan untuk belajar, menurut Presiden Ma ini dilakukan mengingat pelajar China terkenal dengan sikap rajin dan pintar dalam pelajaran, jadi Presiden Ma berharap agar pelajar Taiwan bisa bersaing ketat dengan Pelajar China sehingga dalam bidang pendidikan pun mendapatkan stimulasi yang menguntungkan untuk Taiwan.
Terdapat perbedaan yang signfikan di masyarakat Taiwan saat mereka memilih presiden untuk negara mereka. Mereka begitu bersemangat untuk memilih presiden. Itulah satu kesan yang bisa kubaca. Sampai-sampai menjadi sebuah pembicaraan hot di kelas siapa menjagokan siapa. Kebetulan di kotaku, Kaohsiung, mereka memilih Tsai Ying Wen, kebetulan pendukung Tsai Ying Wen berada di bagian selatan dan pendukung Ma Ying Jiu berada di daerah utara. Sempat terdengar kabar burung bahwa saat-saat pemilihan ini akan menjadi hari-hari yang agak menakutkan di Taiwan.
Pandangan Anak Imigran
Sebagai anak imigran di Taiwan, aku cukup terkejut dengan fakta pemilihan presiden di Taiwan ini. Aku merasa terdapat perbedaan yang cukup jelas terpampang pemilihan presiden di Taiwan dan di Indonesia. Di Indonesia jujur aku tidaklah terlalu antusias untuk memilih presiden. Memilih yaaa...memang karena sudah dapat kartu coblos, kalau tidak dapat ya sudah ya tidak ada ruginya juga. Sedangkan di sini 200.000 orang Taiwan yang berada di luar negeri bela-belain pulang ke Taiwan, ke kampung halaman mereka untuk memilih presiden mereka. Dan aku mendengar kabar ini di berita hanya bisa 'nganga sampe bego'. Ada lagi berita di teve, ada seorang kakek berumur 80 tahun, berjalan menuju ke tempat pemilihan presiden dan karena badannya sudah tua renta, beliau tidak sengaja terjatuh dan terluka. Aduuuhh... please deh! Melihat berita seperti ini terkadang membuat aku tertampar pipi kiri dan kanan. Si kakek tua ini yang bisa dibilang sudah 'bau tanah' beliau masih peduli dengan kelangsungan negarnya, dengan masa depan negaranya! Gilaaaa bener hah!
Betapa mereka begitu antusias dengan pemilihan presiden ini. Mereka seolah benar-benar mempunyai harapan yang nyata pada masa depan negaranya. Mereka berharap presiden baru mereka bisa membawa Taiwan ke 4 tahun ke depan yang lebih baik lagi, mereka berpartisipasi secara nyata dengan tujuan mulia. Generasi tua dan muda bersama-sama terlibat aktif dalam pemilihan.
Aku terkadang jadi sedikit merasa malu dengan diriku sendiri yang sering merasa pesimis dengan masa depan Indonesia. Aku malu pada orang Taiwan, suatu bangsa yang meski kecil namun mereka berjuang dan peduli dengan kemajuan bangsanya. Aku malu karena aku muda dan belum bisa berbuat apa-apa untuk negaraku. Bahkan terkadang sempat aku merasa rendah diri karena aku adalah orang Indonesia, karena negaraku Indonesia, negara yang kaya raya namun dikelola oleh orang-orang yang salah. Terkadang aku malu, menjelaskan pada mereka bahwa di Indonesia korupsi bukanlah hal yang aneh di badan pemerintahan, bahwa rakyat Indonesia sudah tidak percaya pada pemerintahnya sendiri. Bahwa kita kehilangan harapan dan kepedulian pada Indonesia.
Cinta dan benci
Seperti kata sebuah pepatah: cinta dan cinta itu beda tipis. Mungkin itu yang bisa aku gambarkan rasaku untuk Indonesia. Aku cinta Indonesia. Sangat. Tapi di lain sisi aku juga benci. Benci dengan 'orang-orangnya' yang kadang menurutku sudah kehilangan pegangan moral dan berpikiran sempit. Meributkan hal-hal yang tidak penting, itu-itu saja. Haduh...ini malah sibuk meributkan pemugaran gedung yang sama sekali tidak rusak, bocor atau hampir rubuh. Pleaseee...deh bapak-bapak, ibu-ibu itu coba yah dilihat masih banyak orang yang tinggal di bawah kolong jembatan, rumah reyot di pinggir kereta. Itu coba dananya disalurkan ke pendidikan atau ke mana deh yang bisa menyejahterakan bangsa kita ini.
Aku iri dengan orang Taiwan yang bisa sebegitu optimis dengan kelanjutan bangsa dan mendukung pemerintahannya. Semua kandidat benar-benar meyakinkan dan dipercaya oleh rakyatnya. Apa lagi sih yang lebih berharga untuk seorang pemimpin selain dipercayai 100% oleh rakyatnya? Betapa kharisma dan karakter mereka 'menyedot' rakyat untuk terus mendukung mereka tanpa ragu. Aku juga ingin rasanya mempunyai pemimpin bangsa yang benar-benar bisa membawa kita, Indonesia ke stage yang lebih baik lagi.
Aku merasa Indonesia, si bangsa besar, harus belajar banyak dari Taiwan yang bahkan wilayah kekuasaannya pun tidak sebesar Pulau Jawa, mereka yang masih harus berjuang melepaskan diri dari China dan mendapatkan pengakuan atas eksistensinya di depan mata dunia. Keantusiasan kita pada negara kita dan tanggung jawab para 'orang-orang besar di atas' agar bisa membawa Indonesia ke masa yang stabil dan lebih baik lagi.
Celetuk teman Indonesiaku yang sepertinya sudah terlanjur pesimis dengan Indonesia: '' Mending gue tinggal di luar ajalah. Cari penghidupan yang lebih baik. Kalo gue balik ke Indo dengan niat membangun bangsa...haduh..mereka yang 'di atas' aja geje padahal ada wewenang, gimana gue yang rakyat jelata, mau membangun Indonesia seorang diri. Matik aja gue!''
Malam ini aku sedang berpikir, jangan-jangan memang aku saja yah yang 'anget-anget taik ayam' sok nasionalisme, cinta Indonesia, tanpa melakukan tindakan yang sekiranya lebih dinilai aktif. Malu aku pada diriku sendiri. Hey,..aku orang muda Indonesia yang siap sedia berdiri buat Indonesia. Tapi yang pasti malam ini aku kepanasan, ditengah udara dingin 19 derajat celcius di Taiwan.
Kalau kamu?