Lihat!!! Seekor siput sedang berjalan membawa rumahnya dengan diam, perlahan, namun pasti . Tanpa hirau kanan kiri. Kecepatan siputnya membuat dia dianalogikan sebagai sesuatu yang negatif dan lama. Lamban.....lama.....ter-pu-tus....pu---tu--s---.....tus.......t.....u.....s..... l.....a..............m...............a..... setitik demi se----ti---tikk. Tes...........tes........tes. Lama.
Menjadi seekor siput mungkin bukan sesuatu yang membanggakan malah cenderung menjadi sebuah momok simbolis kelambanan, keterbelakangan. Bahkan mungkin banyak yang tidak suka padanya karena bentuknya menjijikan. Si siput melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah dinamik gerak makhluk lain, benda lain, berseliweran. Dan dia berjalan terseret-seret perlahan-lahan. Pernahkah seekor siput merasa iri dengan makhluk lain misalnya? Jawabannya: Pasti. Siapa juga yang ingin menjadi yang terujung, yang terbelakang, yang terlama; sementara yang lain berlari, melaju, atau bahkan terlontar dengan kecepatan 'fenomena sebuah mencret' ? Yang satu melejit, yang satu lagi berjalan lurus kepayahan membawa rumahnya.
Belum lagi penghakiman jadi-jadian, 'hewan pintar' yang asal ucap, menilai sesaat, lalu tertawa dalam hati. Hidup siput yang payah itu makin menjadi-jadi. Namun, hei kawan, lihat! Si siput berjalan tengadah dan menulikan telinga. Anggun, cuek, dan terkesan 'ndablek. Menikmati setiap perjalanannya, melihat lebih jauh, sedikit demi sedikit.
Dia lama. Dia tahu persis itu. Dia dibelakang. Dia lihat itu. Dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan akan dirinya? Dia menerima dirinya dan berjalan dengan pasti. Mungkin dia tidak bisa berlari seperti anjing atau terbang cantik seperti kupu-kupu. Namun dia berlari dengan cara dia, sekuat-kuatnya, semampu-mampunya, secepat-cepatnya.
Siput itu berlari. Berlari dengan versinya sendiri.
Ada yang keberatan?
Menjadi seekor siput mungkin bukan sesuatu yang membanggakan malah cenderung menjadi sebuah momok simbolis kelambanan, keterbelakangan. Bahkan mungkin banyak yang tidak suka padanya karena bentuknya menjijikan. Si siput melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah dinamik gerak makhluk lain, benda lain, berseliweran. Dan dia berjalan terseret-seret perlahan-lahan. Pernahkah seekor siput merasa iri dengan makhluk lain misalnya? Jawabannya: Pasti. Siapa juga yang ingin menjadi yang terujung, yang terbelakang, yang terlama; sementara yang lain berlari, melaju, atau bahkan terlontar dengan kecepatan 'fenomena sebuah mencret' ? Yang satu melejit, yang satu lagi berjalan lurus kepayahan membawa rumahnya.
Belum lagi penghakiman jadi-jadian, 'hewan pintar' yang asal ucap, menilai sesaat, lalu tertawa dalam hati. Hidup siput yang payah itu makin menjadi-jadi. Namun, hei kawan, lihat! Si siput berjalan tengadah dan menulikan telinga. Anggun, cuek, dan terkesan 'ndablek. Menikmati setiap perjalanannya, melihat lebih jauh, sedikit demi sedikit.
Dia lama. Dia tahu persis itu. Dia dibelakang. Dia lihat itu. Dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan akan dirinya? Dia menerima dirinya dan berjalan dengan pasti. Mungkin dia tidak bisa berlari seperti anjing atau terbang cantik seperti kupu-kupu. Namun dia berlari dengan cara dia, sekuat-kuatnya, semampu-mampunya, secepat-cepatnya.
Siput itu berlari. Berlari dengan versinya sendiri.
Ada yang keberatan?
Taiwan, 2010
Di tengah sebuah pencarian dan hujan gerimis.
" Live your own and never mind them."